Tuesday, 26 August 2014
Obat Herbal Tiongkok Kalahkan Obat Modern untuk Mengatasi Penyakit Radang Sendi
"Sebuah studi menemukan, obat herbal Tiongkok bernama Thunder God Vine (Anggur Dewa Guntur) ternyata lebih mujarab ketimbang obat farmasi yang banyak dipergunakan untuk meredakan radang sendi rematik".
Obat herbal itu telah lama digunakan di Tiongkok untuk mengatasi penyakit autoimun yang bisa melumpuhkan penderita. Penyakit tersebut biasanya menyerang sendi-sendi tangan dan kaki.
Obat itu dalam bahasa Mandarin dikenal dengan nama "lei gong teng" dan dikenal kalangan ahli botani sebagai Tripterygium wilfordii Hook F.
Ekstrak herbal itu telah memicu minat pada laboratorium obat karena mengandung ratusan senyawa, termasuk molekul menarik bernama diterpenoids yang diyakini meredakan peradangan dan respon imun.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam Jurnal Inggris BMJ Open, para periset China merekrut 207 pasien penderita radang sendi rematik dan memberi mereka obat ramu-ramuan tadi; obat methorexate (dipasarkan dengan nama Rheumatrex atau Trexall); atau kombinasi keduanya.
Setelah enam bulan, para pasien diperiksa dokter dan juga ditanyai apakah mereka merasakan sesuatu perubahan.
Tanda membaiknya keadaan pasien itu disebut ACR 50 (diambil nama dari American College of Rheumatology) yang mengindikasikan kondisi membaik sebesar 50 persen dari sendi-sendi yang sakit atau bengkak dan kriteria lain seperti nyeri dan disabilitas.
Dari 174 pasienyang menyelesaikan pengujian obat tersebut, 55 persen dari mereka yang menggunakan obat herbal mendapat ACR 50, dibanding 46 persen diantara mereka yang diobati dengan hanya "methotrexate" saja.
Namun kondisi paling menggembirakan didapati diantara orang dalam kelompok yang menggunakan kombinasi herbal "methotrexate": hampir 77 persen dari mereka mencapai takaran perbaikan ACR 50.
Beberapa pengujian terdahulu (tapi berskala kecil) yang melibatkan "thunder god vine" menemukan kemujaraban obat tersebut dibanding obat mirip "placebo"dan anti-peradangan bernama "sulfasalazine". Namun sebagian dari riset itu juga melemahkan potensi efek samping dari herbal tersebut.
Studi terkini itu menyebutkan bahwa efek samping kali ini hampir sama dikalangan pengguna herbal dan "methodrexate", yakni utamanya pengguna mulas. Diantara pasien dalam kelompok herbal, sebagian perempuan mengalami haid tidak teratur.
Penelitian itu, yang dipimpin Xuang Zhang, pakar rematologi di Peking Union Medical College Hospital di Beijing, mengaku beberapa keterbatasan.
Salah satunya adalah dokter-dokter yang menangani pasien, dan pasien itu sendiri, mengetahui obat apa yang mereka minum, walaupun pakar luar dilibatkan untuk memverifikasi hasil-hasil studi itu.
Keterbatasan lainnya adalah pengujian itu terlalu singkat, untuk mengetahui untuk mengetahui apakah obat herbal tersebut menghambat progres penyakit itu bukannya meredakan "symptomnya". Kelemahan ketiga adalah dosis "methotrexatae" dibatasi hanya 12,5 miligram sepekan. "Ini standar di Asia, walaupun di Barat yang lazim adalah penggunaan dosis lebih tinggi", papar studi itu. (ans: afp/bh)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment