|

Saturday, 6 September 2014

Depresi Beri Beban Rasa Malu



Berbeda dengan penyakit fisik, penyakit kesehatan mental seperti depresi memberi beban malu yang lebih besar.

Psikiater di New York, Harold Koplewicz mengatakan depresi sebenarnya gangguan kesehatan umum dan dapat diobati. Namun sayangnya ini menyebabkan orang lain memandang Anda sebagai lemah. "Sayangnya ia datang dengan beban malu," kata Koplewicz.

Presiden Manhattans Child Mind Institute ini menjelaskan depresi biasanya menyerang untuk pertama kalinya pada masa remaja dan memiliki efek samping dalam hal persepsi di masyarakat. "Jika Anda memiliki penyakit fisik, Anda masih dianggap dan orang tidak menilai Anda lemah. Tapi dengan depresi, orang selalu menilai, mereka mengatakan bahwa Anda sebagai orang yang lemah," ujarnya.

Ia melanjutkan depresi kronis sangat berbeda dari demoralisasi atau ketidakbahagiaan normal yang dihasilkan akibat putus, kehilangan pekerjaan atau hambatan lain dalam hidup. Depresi adalah berasal dari faktor internal yang disebabkan oleh otak.

Seringkali, seperti halnya dengan Williams, yang memiliki gangguan bipolar dan berjuang dengan kecanduan, pasien "mengobati diri" dengan menggunakan obat-obatan terlarang dengan maksud menghilangkan kesedihan dengan konstan. Akan tetapi pada kebanyakan kasus, pengobatan yang efektif melibatkan kombinasi dari Prozac seperti obat-obatan dan terapi psikososial.

Gejala depresi meliputi periode minimal dua pekan saat seseorang mengalami kehilangan nafsu makan, sulit tidur atau mengalami kesenangan, dan perubahan suasana hati atau konsentrasi.

Kunjungan ke internis menurut Koplewicz adalah harus menjadi langkah pertama dalam kasus-kasus seperti ini, seperti yang ia kerap anjurkan. "Pesan yang paling penting adalah jika Anda memiliki gejala-gejala tersebut, jangan malU. Hal terburuk adalah dengan tidak meminta bantuan," ujarnya seperti dilansir dari nydialy. (ans: ic/bh)

No comments:

Post a Comment