Tuesday, 9 September 2014
Positif dan Negatif Hubungan Anak-Orantua Lewat Handphone
Kurangnya komunikasi merupakan salah satu keluhan yang paling umum antara anak dengan orangtua. Namun, apa yang akan terjadi jika dalam kontradiksi ini ditambahkan dengan sebuah handphone?
Sekarang, setidaknya 75 persen anak-anak remaja Amerika memiliki handphone. Handphone biasanya dibelikan oleh orangtua mereka, dengan tujuan agar dapat mempertahankan hubungan yang lebih erat antara anak dengan orangtua. Selain itu, untuk alasan yang sama, selaku orantua ingin lebih memungkinkan memiliki handphone dibandingkan orang dewasa lainnya.
Peneliti senior Amanda Lenhart dari American Life Project dan Pew Research Center Online, mengatakan, "Handphone sekarang merupakan sebuah bagian komponen besar bagi pengasuh anak-anak, adalah salah satu cara seseorang dapat menghubungi anakny."
Sekarang, para peneliti mulai memelajari bagaimana penggunaan handphne itu dapat memengaruhi interaksi hubungan antara orangtua dengan anak-anak. Sifat panggilan handphone dan pihak yang menghubungi atas kehendak sendiri, berkemungkinan memengaruhi hubungan antara orangtua dan anak.
Robert S. Weisskirch, professor bidang Ilmu Perkembangan Manusia dari California State University di Monterey Bay, AS, meminta 196 pasang orangtua - anak remaja untuk menceritakan kepadanya, berapa frekuensi mereka berkomunikasi dengan segala panggilan yang berbeda melalui handphone. Ia menderetkan 18 jenis dalam tabel anak-anak remaja tentang kondisi yang berbeda atas kemungkinan mereka menghubungi orangtua, dan menyuruh mereka mengatur frekuensi panggilan telepon dalam situasi-situasi seperti isi dalam tabel: mulai dari "tidak pernah" sampai "sering".
Jenis panggilan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori: "permintaan dan konsultasi" mengacu pada anak-anak remaja menghubungi orantua, meminta izin atau memberitahu orangtua, bahwa mereka akan pulang agak terlambat; Jenis "dukungan sosial" mengacu pada alasan anak-anak menghubungi orangtua mereka mungkin perasaan mereka tertekan, ingin mendapatkan saran, atau hendak memberitahu orangtua mereka bahwa mereka merasa gembira ingin berbagi kabar baik.
Kekecewaan
Sementara kuisioner untuk orangtua meliputi berapa lama mereka menghubungi anak-anak, dan maksud menghubunginya: mengontrol keberadaan anak, memantau kondisi PR (sekolah), memeriksa dan memahami kondisi terakhir mereka atau mengekspresikan kemarahan atau kekecewaan terhadap perilaku anak-anak.
Orangtuan dan anak-anak juga mengisi kuisioner tentang hubungan mereka, termasuk tingkat kedekatan hubungan, jumlah perselisihan, serta lancar tidaknya komunikasi.
Dalam Kondisi tersebut, anak-anak lebih lebih menggambarkan orangtua mereka sebagai tipe "pendukung", dan mengatakan hubungan keduanya akrab dan komunikasinya lancar.
Disisi lain, jika orangtua kerap menelepon anak-anak untuk melacak keberadaan mereka, mengawasi pekerjaan rumah atau menunjukkan kekecewaan, maka kedua belah pihak akan menimbulkan lebih banyak perselisihan, kepercayaan diri anak-anak kerap akan menjadi kandas.
Jika dikaji secara tuntas, handphone bisa mungkun merupakan suatu sarana yang dapat meningkatkan hubungan antar orangtua dan anak, namun mungkin pada tahap pubertas ini anak-anak mulai merasakan kemerdekaannya tetapi masih membutuhkan bimbingan orangtua ketika mengambil keputusan.
Meningkatkan
Studi ini membuat orang menyadari, bahwa kecemasan dan rasa takut orangtua terhadap anak untuk mengawasi, membuat aturan bagi anak lewat telepon akan menimbulkan efek negatif.
Robert menambahkan: "Anak-anak remaja perlu tahu bagaimana selayaknya menggunakan produk teknologi yang telah masuk ke kehidupan sehari-hari ini." (ans: cn.nytc/elz)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment